twitter
rss

A.    Pengertian
Konjungtivitis adalah inflamasi dari konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat (Brunner & Suddarth, 2002). Pendapat lain menyatakan bahwa konjungtivitis merupakan suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan bakteri, virus, jamur, chlamidia, alergi atau iritasi dengan bahan-bahan kimia (RSUD Dr.Soetomo, 1994)
Nettina (2001) konjungtivitis adalah inflamasi atau infeksi konjungtiva, membran anterior kelopak mata.

B.    Anatomi
Darling (1996), konjungtiva adalah membran mukosa (selaput lendir) yang melapisi keopak dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus, dimana konjungtiva berbatasan dengan lapisan supervisial kornea.
Konjungtiva yang melapisi kelopak mata yaitu konjungtiva palpebrae sangat vaskuler (banyak mengandung pembuluh darah). Konjungtiva ini lebih tebal daripada konjungtiva bulbi yang menutupi bagian depan bola mata sampai tepi kornea. Sclera dapat dilihat lewat konjungtiva bulbi.
Konjungtiva palpebrae dan konjungtiva bulbi dipisahkan oleh ruang potensial, yaitu sakus konjungtiva, yang dibentuk oleh refleksi (pembalikan) konjungtiva diatas permukaan dalam palpebra dan sclera.
Konjungtiva memberikan perlindungan kepada sclera dibawahnya dan memberikan pelumasan kepada bola mata yang diperankan oleh glandula mukosa dan serosa. Artena papebralis menyediakan darah kulit kelopak mata dan arteri oftalmika dan fasialis menyediakan darah ke seluruh palpebra dan konjungtiva.

C.    Etiologi
Etiologi konjungtivitis menurut Voughan (2000) adalah
1.       Bakterial
a.       Hiperakut (purulen) : Neisseria Gonnorhoea, N. Meningitis, N.Gonorrhoea sub kochii
b.      Akut (Mukupurulen): Pneumokokkus / Strept Pneumoniae, Haemophillus Aegyptius (iklim tropik)
c.       Subakut : Haemophillus Influenzae (iklim sedang)
d.      Menahun : Staphilococcus aureus, Maxella Lacunata
e.      Lain-lain : Streptococci, Calliform, Corynebact.Diptheriae, M. Tuberculose
2.       Klamidial
a.       Trachoma (Chlamydia Trachomatitis Serotipe A-C)
b.      Konjungtivitis Inklusi (Chlamydia trachomatis Serotipe D-K)
c.       Limfogranuloma Venerum (LGV)
3.       Virus
a.       Konjungtivitis folikuler virus akut: demam faringokonjungtivitis (Adenovirus tipe 3 dan 7), kerotokonjungtivitis epidemika (Adenovirus tipe 8 dan 19), virus herpes simplex, konjungtivitis hemoragik akut (Enterovirus tipe 70)
b.      Konjungtivitis folikuler virus menahun : virus molluscum contogjosum
c.       Blefarokonjungtivitis karena virus : Varicella, herpes zoster
4.       Ricketsia
Konjungtivitis non purulen dengan hiperemia
5.       Fungal
a.       Eksudatif menahun : Candida
b.      Granulomatosa : Rhinosporidium Seeberi, Sporotix Schenckii
6.       Parasitik
Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis menahun : Ascaris Lumbricoides, Taenia Solium, Schistosa Haemotobium, Loa-Loa
7.       Immunologik (allergic)
a.       Reaksi hipersensitivitas segera (humoral)
b.      Reaksi hipersensitivitas tertunda (seluler)
c.       Penyakit autoimun
8.       Kimia atau iritatif
a.       Latrogenik : miotika Idoxuridine, Obat topical lain, larutan lensa kontak
b.      Berhubungan denga pekerjaan : asam, basa, asap, angin, cahaya ultra violet, bulu ulat.
9.       Etiologi yang tidak dapat diketahui
Folikulosis, Konjungtivitis folikuler menahun, psoriasis, dermatitis herpetiformis, Epidermolisis Bulosa, konjungtivitis Ligneosa.

D.      Tanda dan Gejala
·         Penglihatan kabur
·         Sakit mata
·         Terbentuk kerak pada kelopak mata pada malam hari
·         Peningkatan air mata
·         Terasa seperti ada pasir di mata
·         Gatal di mata
·         Kemerahan pada mata
·         Peka terhadap cahaya

E.     Tipe
1.       Konjungtivitis Kataral
Gambaran klinisnya adalah infeksi konjungtiva dan hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobbe stone dan tanpa flikten. Pada konjungtivitis kataral berbentuk sekres serus, mukus atau mukopurulen tergantung penyebabnya.
2.       Konjungtivitis purulen, mukopurulen
Terdapat sekret purulen seperti nanah, kadang disertai massa putih di konjungtiva tarsal
3.       Konjungtivitis membran
Ditandai dengan adanya membran / selaput berupa massa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang-kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa putih ini ada 2 jenis yaitu membran dan pseudomembran.
Konjungtivitis membran dapat disebabkan oleh infeksi streptococ hemolitik dan infeksi difteria. Konjungtivitis pseudomembran disebabkan infeksi yang hiperakut seperti infeksi pneumococ
4.       Konjungtivitis folikuler
Meliputi konjungtivitis viral, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis folikular toksik dan konjungtivitis folikuler yang tidak diketahui penyebabnya. Tanda-tanda radang tampak menonjol pada konjungtivitis toksid lebih sering radang tidak akut.
5.       Konjungtivitis Vernal
Banyak ditemukan pada usia 5-25 tahun, gejala subjektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada di lapangan terbuka yang panas terik. Sekret pada mata dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.
6.       Konjungtivitis Flikten
Sebagian besar diderita anak-anak. Gejalanya adalah flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain itu, flikten juga ditemukan pada konjungtiva bulbi, konjungtiva tarsal dan kornea. Apabila flikten timbul pada kornea dan sering kambuh maka berakibat gangguan penglihatan.

F.     Pengobatan
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtiva karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (Sulfetamide 15%), atau antibiotika (Gentamycin 0,3 %, Chloramphenicol 0,5%).
Konjungtiva karena jamur sangat jarang, sedangkan konjungtiva karena virus pengobatannya terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder (antibiotika)
Konjungtiva karena alergi diobati dengan anti histamine (Antazoline 0,5%, Naphazoline 0,05%) atau kortikosteroid (misal Dexamethasone 0,1%) (RSUD Dr.Soetomo, 1994).
Pendapat senada dikemukakan “American Optometric Association” yang menyatakan bahwa pengobatan konjungtivitis disesuaikan dengan penyebabnya :
1)      Konjungtivitis Alergi
Penderita perlu menghindari / menghilangkan allergen. Kompress dingin dan air mata buatan kadang meringankan ketidaknyamanan pada kasus-kasus ringan. Jika lebih parah, perlu diobati dengan obat non steroid anti inflamasi dan anti histamine. Pada kasus allergic konjungtivitis persistent penderita mungkin perlu pengobatan tetes mata steroid
2)      Konjungtivitis Bakteri
Biasanya diobati dengan salep / tetes mata antibiotik. Perbaikan biasanya terjadi setelah 3-4 hari pengobatan. Dosis yang tepat perlu diperhatikan untuk mencegah kekambuhan
3)      Viral Konjungtivitis
Antibiotik tidak akan menyembuhkan infeksi virus. Gejala biasanya dapat berkurang dengan pemberian kompress dingin dan tetes air mata buatan. Untuk kasus yang parah, topical steroid diperlukan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat radang tetapi tidak memperpendek lama infeksi.
4)      Konjungtivitis Kimia
Pengobatan untuk konjungtivitas kimia memerlukan pembalasan mata dengan saline dan topical steroid. Luka kimia misal karena alkali merupakan tindakan  gawat darurat karena dapat menyebabkan kerusakan intraokuler, bahkan kehilangan mata

G.     Komplikasi
1.       Stapilokokus Blefarokonjungtivitis, Gonokok menyebabkan perforasi kornea, dan endoftalmitis dan meningokok dapat menyebabkan septicemia atau meningitis
2.       Keratitis
3.       Virus Herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak, neurargia, katarak, glaucoma, kelumpuhan syaraf III, IV, atrofi saraf optic dan kebutaan.
4.       Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea dan neovaskularisasi kornea

H.     Pencegahan
1.       Hindari zat allergen termasuk lensa kontak
2.       Hindari menyentuh mata yang sehat dan Cuci tangan setelah menyentuh mata yang sakit
3.       Hindari penggunaan lap/handuk bersama-sama termasuk berbagi bantal
4.       Ganti sarung bantal dengan yang bersih secara teratur
5.       Mencuci tangan sesering mungkin setelah jabat tangan, berpegangan dengan penderita konjungtivitis


Referensi :
Brunner dan Suddarth, 2000. Buku Saku Kperawatan Medikal Bedah, terjemahan, EGC, Jakarta
Nettina, S.M, 2002, Pedoman Praktek Keperawatan, EGC, Jakarta
RSUD Dokter Soetomo, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lap/UPF Ilmu Bedah, FKU Airlangga, Surabaya
Vaughan, D.G.,Asburyt.,Eva, P.R.,2000, Oftalmologi Umum, Widya Medika, Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar