A. DEFINISI
Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas . Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Virus akan mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine. (litbang depkes RI)
B. TANDA DAN GEJALA
Gejala flu burung menurut litbang depkes RI meliputi :
2) Gejala pada manusia : Demam (suhu badan diatas 38° C), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia, Infeksi mata, nyeri otot.
Pendapat senada dikemukakan CDC, tanda dan gejala avian influenza pada manusia berkisar dari infeksi mata (konjungtivitis) dengan gejala penyakit influenza seperti (misalnya, demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot) untuk penyakit pernafasan parah (misalnya pneumonia, gangguan pernapasan akut, virus pneumonia) kadang-kadang disertai mual, muntah diare, dan perubahan neurologis.
Panas lebih dari 38 derajat celcius, batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien seperti ini oleh WHO disebut Possible case of Influenza A (H5N1).Keadaan itu dapat menjadi semakin berat jika timbul pneumonia disertai sesak nafas (radang paru) dan menyebabkan angka kematian yang tinggi (www.infeksi.com).
Masa inkubasinya sangat singkat 1-3 hari, Meskipun belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia , masa infeksiusnya (masa dimana penderita Avian Flu H5N1 diperkirakan mampu menularkan virus) adalah 1 hari sebelum tampak gejalanya dan 3-5 hari setelah tampak gejalanya dengan maksimum 7 hari
C. PENULARAN
1. Langsung
Penularan terjadi pada kontak langsung dari kulit pasien ke kulit pejamu rentan lain, dalam hal ini petugas kesehatan pada saat memandikan pasien atau melaksanakan tindakan keperawatan yang lain.
2. Secara tidak langsung dengan melibatkan benda perantara, yang biasanya benda mati seperti alat kesehatan, jarum, kasa pembalut, tangan yang tidak dicuci, sarung tangan bekas.
Droplet:
Meskipun secara teori penularan droplet atau melalui percikan merupakan bentuk lain dari penularan secara kontak, namun mekanisme perpindahan kuman patogen dari pejamunya sangat berbeda dengan sebagaimana kontak langsung maupun tidak langsung. Percikan dihasilkan oleh pejamu (yang berdiameter >5mm) melalui batuk, bersin, bicara dan selama pelaksanaan tindakan tertentu seperti penghisapan lendir dan bronkoskopi. Percikan yang berasal dari pejamu tersebut terbang dalam jerak dekat melalui udara dan mengendap di bagian tubuh pejamu lain yang rentan seperti: konjungtiva, mukosa hidung, atau mulut.
Meskipun secara teori penularan droplet atau melalui percikan merupakan bentuk lain dari penularan secara kontak, namun mekanisme perpindahan kuman patogen dari pejamunya sangat berbeda dengan sebagaimana kontak langsung maupun tidak langsung. Percikan dihasilkan oleh pejamu (yang berdiameter >5mm) melalui batuk, bersin, bicara dan selama pelaksanaan tindakan tertentu seperti penghisapan lendir dan bronkoskopi. Percikan yang berasal dari pejamu tersebut terbang dalam jerak dekat melalui udara dan mengendap di bagian tubuh pejamu lain yang rentan seperti: konjungtiva, mukosa hidung, atau mulut.
Hingga sejauh ini penularan yang terjadi adalah dari burung/unggas/ayam yang terjangkit Flu-Burung ke manusia melalui kotoran atau sekreta burung yang mencemari udara dan tangan penjamah. (www.infeksi.com).
D. PENCEGAHAN
Menurut litbang depkes, pencegahan flu burung meliputi pencegahan pada unggas serta pada manusia.
1. Pada Unggas : Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung serta Vaksinasi pada unggas yang sehat
2. Pada Manusia :
a) Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang).
ü Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
ü Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
ü Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
ü Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
ü Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
ü Imunisasi.
Rekomendasi sementara untuk pencegahan bagi mereka yang terlibat dalam peternakan/penyembelihan unggas/burung/ayam secara masal terutama di daerah terjangkit yang dikeluarkan oleh WHO/WPRO Manila 14 Januari 2004 adalah sebagai berikut :
1. Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen)
2. Gunakan alat pelindung perorangan seperti masker, sarung tangan, kaca mata pelindung, sepatu pelindung dan baju pelindung pada waktu melaksanakan tugas dipeternakan yang terjangkit atau di laboratorium
3. Mereka yang terpajan dengan unggas/burung/ayam yang diduga terjangkit sebaiknya dilakukan vaksinasi dengan vaksin influenza manusia yang dianjurkan oleh WHO dalam rangka mencegah infeksi campuran Flu-Manusia dengan Flu-Burung , yang kemungkinan dapat menyebabkan jenis virus Flu-Burung baru yang dapat menginfeksi manusia.
4. Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya. Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan). Orang berisiko tinggi terkena influenza yaitu mereka yang berusia lebih 60 tahun , atau berpenyakit paru dan jantung kronis tidak boleh bekerja di peternakan unggas/burung/ayam.
5. Lakukan survei serologis pada mereka yang terpajan termasuk kepada dokter-hewan
6. Jika terdapat risiko untuk menghirup udara yang tercemar di peternakan /tempat penyembelihan yang terjangkit , diajurkan pencegahan dengan obat antiviral (antara lain dengan Oseltamivir 75 mg dalam kapsul , 1 kali sehari selama 7 hari).
7. Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan dan mengisolasi virus penyebabnya : Kirimkan spesimen darah dan alat-alat dalam (usus, hati, hapusan hidung dan mulut, trachea, paru, limpa, ginjal, otak dan jantung) binatang yang diduga terjangkit penyakit itu (termasuk babi) ke laboratorium yang berwenang.
Pencegahan bagi tenaga kesehatan (www.infeksi.com) :
1) Memperlakukan semua darah dan cairan tubuh sebagai bahan infeksius, hindari menjamahnya dengan tangan telanjang atau segera cuci bila mungkin tercemar
2) Cuci tangan (dengan air mengalir dan sabun/antiseptik, gosok selama 10 detik, dan lap kering) sebagai tindakan rutin: sebelum dan setelah menjamah pasien, sebelum memakai dan setelah melepas sarung tangan
3) Kenakan masker, penutup kepala, kaca mata pelindung, sarung tangan, gaun pelindung, sepatu pelindung, ketika memasuki ruang pasien. Selama melaksanakan tindakan, ganti sarung tangan setelah menjamah bahan infeksius. Gaun pelindung (tidak perlu steril), pilih yang sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan (kedap air atau tidak). Lepas gaun sebelum meninggalkan ruangan dan pastikan baju kerja tidak terkontaminasi.
Lepas sarung tangan sebelum keluar ruangan dan cuci tangan segera dengan antiseptik dan pastikan setelahnya tidak lagi menjamah permukaan di ruang pasien yang mungkin tercemar.
Lepas sarung tangan sebelum keluar ruangan dan cuci tangan segera dengan antiseptik dan pastikan setelahnya tidak lagi menjamah permukaan di ruang pasien yang mungkin tercemar.
4) Pasien ditempatkan dalam ruang tersendiri. Bila tidak tersedia ruang tersendiri dapat ditempatkan bersama pasien dengan diagnosis yang sama.
5) Batasi pemindahan pasien ke ruang lain kecuali sangat diperlukan. Bila terpaksa,kenakan masker pada pasien dan selimut bersih rapat, pastikan kewaspadaan universal tetap terjaga untuk menekan risiko penyebaran mikroorganisme ke pasien lain dan pencemaran permukaan lingkungan atau peralatan lain.
6) Bila mungkin alokasikan alat kesehatan khusus untuk pasien tersebut atau bersama dengan pasien sejenis untuk menghindari penyebaran antar pasien. Bila menggunakan alat untuk pasien umum, maka perlu pembersihan yang memadai dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.
b) Masyarakat umum
ü Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
ü Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
· Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
· Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80°C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 64°C selama 4,5 menit.
E. PENATALAKSANAAN (Kepmenkes RI no 155 tahun 2007)
o Dewasa atau anak-anak ≥ 13 tahun diberikan Oseltamivir 2x75 mg / hr selama 5 hari
o Anak ≥ 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kg BB 2x sehari selama 5 hari
2. Prophylaxis
1x75 mg diberikan pada kelompok resiko tinggi terpajan sampai 7-10 hari dari pajanan terakhir. Penggunaan prophylaxis jangka panjang dapat diberikan maximal hingga 6-8 minggu.
Pengobatan lain meliputi :
1) Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman atipikal dan tipikal
2) Methylprednisolon 1-2 mg/kg BB IV diberikan pada pneumonia berat, ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap obat vasopresor
3) Terapi lain, terapi symtomatik, vitamin
F. REFERENSI
Kepmenkes RI no 155 / MENKES /SK /II/ 2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penderita Flu Burung di Rumah Sakit
Demikian informasi yang saya peroleh tentang flu burung / avian flu / H5N1, semoga bermanfaat dan salam sukses