twitter
rss

A.      DEFINISI
Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas . Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A  H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Virus akan mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit atau 56°C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine. (litbang depkes RI)

B.      TANDA DAN GEJALA
Gejala flu burung menurut litbang depkes RI meliputi :  
1)      Gejala pada unggas : Jengger berwarna biru, borok  dikaki, kematian  mendadak
2)      Gejala pada manusia : Demam (suhu badan  diatas 38° C), batuk dan nyeri  tenggorokan, radang saluran pernapasan  atas, pneumonia, Infeksi   mata, nyeri  otot.
Pendapat senada dikemukakan CDC, tanda dan gejala avian influenza pada manusia berkisar dari infeksi mata (konjungtivitis) dengan gejala penyakit influenza seperti (misalnya, demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot) untuk penyakit pernafasan parah (misalnya pneumonia, gangguan pernapasan akut, virus pneumonia) kadang-kadang disertai mual, muntah diare, dan perubahan neurologis.
Panas lebih dari 38 derajat celcius, batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien seperti ini oleh WHO disebut Possible case of Influenza A (H5N1).Keadaan itu dapat menjadi semakin berat jika timbul pneumonia disertai sesak nafas (radang paru) dan menyebabkan angka kematian yang tinggi  (www.infeksi.com).
Masa inkubasinya sangat singkat 1-3 hari, Meskipun belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia , masa infeksiusnya (masa dimana penderita Avian Flu H5N1 diperkirakan mampu menularkan virus) adalah 1 hari sebelum tampak gejalanya dan 3-5 hari setelah tampak gejalanya dengan maksimum 7 hari 

C.      PENULARAN
1.       Langsung
Penularan terjadi pada kontak langsung dari kulit pasien ke kulit pejamu rentan lain, dalam hal ini petugas kesehatan pada saat memandikan pasien atau melaksanakan tindakan keperawatan yang lain.
2.       Secara tidak langsung dengan melibatkan benda perantara, yang biasanya benda mati seperti alat kesehatan, jarum, kasa pembalut, tangan yang tidak dicuci, sarung tangan bekas.
Droplet:
Meskipun secara teori penularan droplet atau melalui percikan merupakan bentuk lain dari penularan secara kontak, namun mekanisme perpindahan kuman patogen dari pejamunya sangat berbeda dengan sebagaimana kontak langsung maupun tidak langsung. Percikan dihasilkan oleh pejamu (yang berdiameter >5mm) melalui batuk, bersin, bicara dan selama pelaksanaan tindakan tertentu seperti penghisapan lendir dan bronkoskopi. Percikan yang berasal dari pejamu tersebut terbang dalam jerak dekat melalui udara dan mengendap di bagian tubuh pejamu lain yang rentan seperti: konjungtiva, mukosa hidung, atau mulut.
Hingga sejauh ini penularan yang terjadi adalah dari burung/unggas/ayam yang terjangkit Flu-Burung ke manusia melalui kotoran atau sekreta burung yang mencemari udara dan tangan penjamah. (www.infeksi.com).

D.      PENCEGAHAN
Menurut litbang depkes, pencegahan flu burung meliputi pencegahan pada unggas serta pada manusia.
1.       Pada Unggas : Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung  serta Vaksinasi pada unggas yang sehat
2.       Pada Manusia :
a)      Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang).
ü  Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
ü  Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
ü  Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
ü  Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja. 
ü  Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
ü  Imunisasi.
Rekomendasi sementara untuk pencegahan bagi mereka yang terlibat dalam peternakan/penyembelihan unggas/burung/ayam secara masal terutama di daerah terjangkit yang dikeluarkan oleh WHO/WPRO Manila 14 Januari 2004 adalah sebagai berikut :
1.       Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk alat2/instrumen)
2.       Gunakan alat pelindung perorangan seperti masker, sarung tangan, kaca mata pelindung, sepatu pelindung dan baju pelindung pada waktu melaksanakan tugas dipeternakan yang terjangkit atau di laboratorium
3.       Mereka yang terpajan dengan unggas/burung/ayam yang diduga terjangkit sebaiknya dilakukan vaksinasi dengan vaksin influenza manusia yang dianjurkan oleh WHO dalam rangka mencegah infeksi campuran Flu-Manusia dengan Flu-Burung , yang kemungkinan dapat menyebabkan jenis virus Flu-Burung baru yang dapat menginfeksi manusia.
4.       Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya. Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan). Orang berisiko tinggi terkena influenza yaitu mereka yang berusia lebih 60 tahun , atau berpenyakit paru dan jantung kronis tidak boleh bekerja di peternakan unggas/burung/ayam.
5.       Lakukan survei serologis pada mereka yang terpajan termasuk kepada dokter-hewan
6.       Jika terdapat risiko untuk menghirup udara yang tercemar di peternakan /tempat penyembelihan yang terjangkit , diajurkan pencegahan dengan obat antiviral (antara lain dengan Oseltamivir 75 mg dalam kapsul , 1 kali sehari selama 7 hari).
7.       Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan dan mengisolasi virus penyebabnya : Kirimkan spesimen darah dan alat-alat dalam (usus, hati, hapusan hidung dan mulut, trachea, paru, limpa, ginjal, otak dan jantung) binatang yang diduga terjangkit penyakit itu (termasuk babi) ke laboratorium yang berwenang.

Pencegahan bagi tenaga kesehatan (www.infeksi.com) :
1)      Memperlakukan semua darah dan cairan tubuh sebagai bahan infeksius, hindari menjamahnya dengan tangan telanjang atau segera cuci bila mungkin tercemar
2)      Cuci tangan (dengan air mengalir dan sabun/antiseptik, gosok selama 10 detik, dan lap kering) sebagai tindakan rutin: sebelum dan setelah menjamah pasien, sebelum memakai dan setelah melepas sarung tangan
3)      Kenakan masker, penutup kepala, kaca mata pelindung, sarung tangan, gaun pelindung, sepatu pelindung, ketika memasuki ruang pasien. Selama melaksanakan tindakan, ganti sarung tangan setelah menjamah bahan infeksius. Gaun pelindung (tidak perlu steril), pilih yang sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan (kedap air atau tidak). Lepas gaun sebelum meninggalkan ruangan dan pastikan baju kerja tidak terkontaminasi.
Lepas sarung tangan sebelum keluar ruangan dan cuci tangan segera dengan antiseptik dan pastikan setelahnya tidak lagi menjamah permukaan di ruang pasien yang mungkin tercemar.
4)      Pasien ditempatkan dalam ruang tersendiri. Bila tidak tersedia ruang tersendiri dapat ditempatkan bersama pasien dengan diagnosis yang sama. 
5)      Batasi pemindahan pasien ke ruang lain kecuali sangat diperlukan. Bila terpaksa,kenakan masker pada pasien dan selimut bersih rapat, pastikan kewaspadaan universal tetap terjaga untuk menekan risiko penyebaran mikroorganisme ke pasien lain dan pencemaran permukaan lingkungan atau peralatan lain.
6)      Bila mungkin alokasikan alat kesehatan khusus untuk pasien tersebut atau bersama dengan pasien sejenis untuk menghindari penyebaran antar pasien. Bila menggunakan alat untuk pasien umum, maka perlu pembersihan yang memadai dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.

b)      Masyarakat umum
ü  Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
ü  Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
·         Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
·         Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80°C  selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ±  64°C selama 4,5 menit.

E.       PENATALAKSANAAN (Kepmenkes RI no 155 tahun 2007)
1.    Pengobatan antiviral, diberikan secepat mungkin (48 jam pertama)
o   Dewasa atau anak-anak ≥ 13 tahun diberikan Oseltamivir 2x75 mg / hr selama 5 hari
o   Anak ≥ 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kg BB  2x sehari selama 5 hari
2.     Prophylaxis
1x75 mg diberikan pada kelompok resiko tinggi terpajan sampai 7-10 hari dari pajanan terakhir. Penggunaan prophylaxis jangka panjang dapat diberikan maximal hingga 6-8 minggu.
Pengobatan lain meliputi :
1)      Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman atipikal dan tipikal
2)      Methylprednisolon 1-2 mg/kg BB IV diberikan pada pneumonia berat, ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap obat vasopresor
3)      Terapi lain, terapi symtomatik, vitamin



F.       REFERENSI
Kepmenkes RI no 155 / MENKES /SK /II/ 2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penderita Flu Burung di Rumah Sakit

Demikian informasi yang saya peroleh tentang flu burung / avian flu / H5N1, semoga bermanfaat dan salam sukses 

Humor memang diketahui dapat menjadi obat yang mujarab untuk menghilangkan stres, depresi ataupun suasana hati yang buruk. Seperti dikutip dari Beliefnet.com, Sabtu (20/11/2010) ada beberapa manfaat humor bagi kesehatan seseorang, yaitu;

1. Humor bisa membuat rileks
Seperti latihan pada umumnya, humor yang membuat orang tertawa akan bekerja untuk melawan stres kronis sehingga membuat seseorang merasa rileks atau santai. Ketika orang mendapatkan humor, maka sistem saraf otonom akan menurun yang membuat jantung lebih santai.

2. Humor bisa mengurangi rasa sakit
Dr Elias Shay, kepala psikiatri dari Good Samaritan Hospital di Baltimore mengungkapkan dengan menonton komedi atau terlibat sesuatu yang berhubungan dengan lelucon bisa mengurangi rasa sakit yang dialami seseorang.

Diketahui pula seseorang yang mendapatkan rangsangan humor setelah operasi bisa mengurangi rasa sakit dan mengurangi potensi pemberian obat.

3. Humor bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Studi yang dipimpin oleh Lee Berk dan Stanley A Tan dari Loma Linda University di Loma Linda, Califormia tahun 2006 ditemukan dua hormon yaitu beta endorfin (mengurangi depresi) meningkat 27 persen dan human growth hormone/hGH (yang membantu kekebalan tubuh) meningkat 87 persen ketika menonton video lucu.

Hal ini menunjukkan bahwa humor atau lelucon menyenangkan bisa meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan virus, sel-sel asing dan bahan kimia berbahaya.

4. Humor mengurangi stres

Peneliti dari Loma Linda University juga menemukan humor dan lelucon bisa membantu mengurangi tingkat 3 hormon yang berhubungan dengan stres yaitu kortisol (hormon stres), epinefrin (adrenalin) dan juga hormon dopac. Karenanya peneliti menyarankan cara positif seperti humor untuk mengurangi hormon stres yang merugikan.

5. Humor mengurangi rasa takut

Humor adalah alat kebahagiaan yang paling mendasar. Secara fisiologis humor dapat menutupi rasa takut yang dialami oleh seseorang pada saat yang sama. Jadi humor bisa mengubah persepktif seseorang mengenai memori yang menyakitkan di masa lalu dan menggantinya dengan kebahagiaan.(detikhealth.com, 20/11/2010)

Salah satu trik yang sering dipakai penggemar makanan enak, tetapi tak mau berat badan bertambah, adalah minum segelas air sebelum makan. Alasannya sederhana, dengan minum air, perut akan terasa penuh sehingga rasa lapar berkurang. Akibatnya, jumlah suapan yang masuk ke mulut pun lebih sedikit.

Baru-baru ini para ahli mengumumkan hasil temuan mereka mengenai korelasi antara minum air dan berat badan. Dalam sebuah studi acak, para ahli dari Virginia Tech mengamati sekelompok orang yang kegemukan berusia 55 tahun selama tiga bulan. 

Semua responden menjalani diet rendah kalori. Separuhnya diminta minum dua cangkir air sebelum makan. Pada akhir penelitian terbukti bahwa berat badan orang yang terbiasa minum air akan berkurang sekitar 15,5 pounds (sekitar 7 kg), sedangkan kelompok yang tidak minum air hanya berkurang 4,9 kg.

Penelitian tahun 2008 juga menunjukkan hasil yang serupa, yakni pengurangan berat badan hingga 13 persen pada orang yang minum air sebelum sarapan. 

Namun, penelitian lain di tahun 2007 menunjukkan hasil agak berbeda. Disebutkan bahwa minum air 30 menit sebelum makan memang mengurangi asupan kalori dan rasa lapar. Namun, efek ini hanya didapatkan oleh orang yang berusia tua. Pada orang yang usianya kurang dari 35 tahun, manfaat minum air sebelum makan ini tidak terlalu terasa.

Memang belum jelas mengapa hal itu terjadi. Namun, para ahli menduga para orang yang mulai lanjut usia memang memiliki risiko peningkatan berat badan yang lebih tinggi. 

Itu sebabnya para ahli menyimpulkan bahwa minum air sebelum makan bisa mengurangi asupan kalori. Namun, dampaknya lebih nyata pada orang yang mulai lanjut usia.


sumber : Kompas.com (20 November 2010)

A.    Pengertian
Konjungtivitis adalah inflamasi dari konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat (Brunner & Suddarth, 2002). Pendapat lain menyatakan bahwa konjungtivitis merupakan suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan bakteri, virus, jamur, chlamidia, alergi atau iritasi dengan bahan-bahan kimia (RSUD Dr.Soetomo, 1994)
Nettina (2001) konjungtivitis adalah inflamasi atau infeksi konjungtiva, membran anterior kelopak mata.

B.    Anatomi
Darling (1996), konjungtiva adalah membran mukosa (selaput lendir) yang melapisi keopak dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus, dimana konjungtiva berbatasan dengan lapisan supervisial kornea.
Konjungtiva yang melapisi kelopak mata yaitu konjungtiva palpebrae sangat vaskuler (banyak mengandung pembuluh darah). Konjungtiva ini lebih tebal daripada konjungtiva bulbi yang menutupi bagian depan bola mata sampai tepi kornea. Sclera dapat dilihat lewat konjungtiva bulbi.
Konjungtiva palpebrae dan konjungtiva bulbi dipisahkan oleh ruang potensial, yaitu sakus konjungtiva, yang dibentuk oleh refleksi (pembalikan) konjungtiva diatas permukaan dalam palpebra dan sclera.
Konjungtiva memberikan perlindungan kepada sclera dibawahnya dan memberikan pelumasan kepada bola mata yang diperankan oleh glandula mukosa dan serosa. Artena papebralis menyediakan darah kulit kelopak mata dan arteri oftalmika dan fasialis menyediakan darah ke seluruh palpebra dan konjungtiva.

C.    Etiologi
Etiologi konjungtivitis menurut Voughan (2000) adalah
1.       Bakterial
a.       Hiperakut (purulen) : Neisseria Gonnorhoea, N. Meningitis, N.Gonorrhoea sub kochii
b.      Akut (Mukupurulen): Pneumokokkus / Strept Pneumoniae, Haemophillus Aegyptius (iklim tropik)
c.       Subakut : Haemophillus Influenzae (iklim sedang)
d.      Menahun : Staphilococcus aureus, Maxella Lacunata
e.      Lain-lain : Streptococci, Calliform, Corynebact.Diptheriae, M. Tuberculose
2.       Klamidial
a.       Trachoma (Chlamydia Trachomatitis Serotipe A-C)
b.      Konjungtivitis Inklusi (Chlamydia trachomatis Serotipe D-K)
c.       Limfogranuloma Venerum (LGV)
3.       Virus
a.       Konjungtivitis folikuler virus akut: demam faringokonjungtivitis (Adenovirus tipe 3 dan 7), kerotokonjungtivitis epidemika (Adenovirus tipe 8 dan 19), virus herpes simplex, konjungtivitis hemoragik akut (Enterovirus tipe 70)
b.      Konjungtivitis folikuler virus menahun : virus molluscum contogjosum
c.       Blefarokonjungtivitis karena virus : Varicella, herpes zoster
4.       Ricketsia
Konjungtivitis non purulen dengan hiperemia
5.       Fungal
a.       Eksudatif menahun : Candida
b.      Granulomatosa : Rhinosporidium Seeberi, Sporotix Schenckii
6.       Parasitik
Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis menahun : Ascaris Lumbricoides, Taenia Solium, Schistosa Haemotobium, Loa-Loa
7.       Immunologik (allergic)
a.       Reaksi hipersensitivitas segera (humoral)
b.      Reaksi hipersensitivitas tertunda (seluler)
c.       Penyakit autoimun
8.       Kimia atau iritatif
a.       Latrogenik : miotika Idoxuridine, Obat topical lain, larutan lensa kontak
b.      Berhubungan denga pekerjaan : asam, basa, asap, angin, cahaya ultra violet, bulu ulat.
9.       Etiologi yang tidak dapat diketahui
Folikulosis, Konjungtivitis folikuler menahun, psoriasis, dermatitis herpetiformis, Epidermolisis Bulosa, konjungtivitis Ligneosa.

D.      Tanda dan Gejala
·         Penglihatan kabur
·         Sakit mata
·         Terbentuk kerak pada kelopak mata pada malam hari
·         Peningkatan air mata
·         Terasa seperti ada pasir di mata
·         Gatal di mata
·         Kemerahan pada mata
·         Peka terhadap cahaya

E.     Tipe
1.       Konjungtivitis Kataral
Gambaran klinisnya adalah infeksi konjungtiva dan hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobbe stone dan tanpa flikten. Pada konjungtivitis kataral berbentuk sekres serus, mukus atau mukopurulen tergantung penyebabnya.
2.       Konjungtivitis purulen, mukopurulen
Terdapat sekret purulen seperti nanah, kadang disertai massa putih di konjungtiva tarsal
3.       Konjungtivitis membran
Ditandai dengan adanya membran / selaput berupa massa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang-kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa putih ini ada 2 jenis yaitu membran dan pseudomembran.
Konjungtivitis membran dapat disebabkan oleh infeksi streptococ hemolitik dan infeksi difteria. Konjungtivitis pseudomembran disebabkan infeksi yang hiperakut seperti infeksi pneumococ
4.       Konjungtivitis folikuler
Meliputi konjungtivitis viral, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis folikular toksik dan konjungtivitis folikuler yang tidak diketahui penyebabnya. Tanda-tanda radang tampak menonjol pada konjungtivitis toksid lebih sering radang tidak akut.
5.       Konjungtivitis Vernal
Banyak ditemukan pada usia 5-25 tahun, gejala subjektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada di lapangan terbuka yang panas terik. Sekret pada mata dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.
6.       Konjungtivitis Flikten
Sebagian besar diderita anak-anak. Gejalanya adalah flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain itu, flikten juga ditemukan pada konjungtiva bulbi, konjungtiva tarsal dan kornea. Apabila flikten timbul pada kornea dan sering kambuh maka berakibat gangguan penglihatan.

F.     Pengobatan
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtiva karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (Sulfetamide 15%), atau antibiotika (Gentamycin 0,3 %, Chloramphenicol 0,5%).
Konjungtiva karena jamur sangat jarang, sedangkan konjungtiva karena virus pengobatannya terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder (antibiotika)
Konjungtiva karena alergi diobati dengan anti histamine (Antazoline 0,5%, Naphazoline 0,05%) atau kortikosteroid (misal Dexamethasone 0,1%) (RSUD Dr.Soetomo, 1994).
Pendapat senada dikemukakan “American Optometric Association” yang menyatakan bahwa pengobatan konjungtivitis disesuaikan dengan penyebabnya :
1)      Konjungtivitis Alergi
Penderita perlu menghindari / menghilangkan allergen. Kompress dingin dan air mata buatan kadang meringankan ketidaknyamanan pada kasus-kasus ringan. Jika lebih parah, perlu diobati dengan obat non steroid anti inflamasi dan anti histamine. Pada kasus allergic konjungtivitis persistent penderita mungkin perlu pengobatan tetes mata steroid
2)      Konjungtivitis Bakteri
Biasanya diobati dengan salep / tetes mata antibiotik. Perbaikan biasanya terjadi setelah 3-4 hari pengobatan. Dosis yang tepat perlu diperhatikan untuk mencegah kekambuhan
3)      Viral Konjungtivitis
Antibiotik tidak akan menyembuhkan infeksi virus. Gejala biasanya dapat berkurang dengan pemberian kompress dingin dan tetes air mata buatan. Untuk kasus yang parah, topical steroid diperlukan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat radang tetapi tidak memperpendek lama infeksi.
4)      Konjungtivitis Kimia
Pengobatan untuk konjungtivitas kimia memerlukan pembalasan mata dengan saline dan topical steroid. Luka kimia misal karena alkali merupakan tindakan  gawat darurat karena dapat menyebabkan kerusakan intraokuler, bahkan kehilangan mata

G.     Komplikasi
1.       Stapilokokus Blefarokonjungtivitis, Gonokok menyebabkan perforasi kornea, dan endoftalmitis dan meningokok dapat menyebabkan septicemia atau meningitis
2.       Keratitis
3.       Virus Herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak, neurargia, katarak, glaucoma, kelumpuhan syaraf III, IV, atrofi saraf optic dan kebutaan.
4.       Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea dan neovaskularisasi kornea

H.     Pencegahan
1.       Hindari zat allergen termasuk lensa kontak
2.       Hindari menyentuh mata yang sehat dan Cuci tangan setelah menyentuh mata yang sakit
3.       Hindari penggunaan lap/handuk bersama-sama termasuk berbagi bantal
4.       Ganti sarung bantal dengan yang bersih secara teratur
5.       Mencuci tangan sesering mungkin setelah jabat tangan, berpegangan dengan penderita konjungtivitis


Referensi :
Brunner dan Suddarth, 2000. Buku Saku Kperawatan Medikal Bedah, terjemahan, EGC, Jakarta
Nettina, S.M, 2002, Pedoman Praktek Keperawatan, EGC, Jakarta
RSUD Dokter Soetomo, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lap/UPF Ilmu Bedah, FKU Airlangga, Surabaya
Vaughan, D.G.,Asburyt.,Eva, P.R.,2000, Oftalmologi Umum, Widya Medika, Jakarta

A.      Pengertian
Rheumatoid arthritis merupakan salah satu dan kelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oeh imunitas, yang biasanya terjadi destruksi sendi progresif dan dapat mengalami masa remisi (Price dan Wilson, 1995).
Engram (1998) menyebutkan bahwa rheumatoid arthritis merupakan penyakit jaringan penyambung yang bersifat kronis dan sistemik. Dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial sendi diarthrodial yang ditandai oleh adanya periode remisi dan eksaserbasi.
Klasifikasi penyakit rheumatoid :
1.       Penyakit jaringan ikat yang difus
Arthritis rheumatoid, arthritis juvenilis, lupus eritematosis (diskoid, sistemik)
Skleroderma (lokalisatsa, skerosis sistemik)
Polimiositis (Dermatomiositis)
Sindrom Sjogern
Sindrom Oerlap (penyakit jaringan ikat campuran)
2.       Arthritis yang disertai spondilitis (spondiloartropati)
Ankilosing spondilitis, sindrom goiter, arthritis psoriatic, arthritis yang disertai penyakit usus inflamatori
3.       Osteoartritis
Primer maupun sekunder
4.       Sindrom rematik yang berkaitan dengan unsur infeksius
Langsung / direct (bacterial, viral, fungal, parasitic)
Reaktif (bacterial, viral, pasca imunisasi)
5.       Kelainan metabolic dan endokrin yang disertai keadaan rematik
Keadaan yang berkaitan dengan pembentukan kristal (gout, pseudogout)
Abnormalitas biokimia (amiodosis, hemophilia)
Penyakit endokrin (DM, akromegali)
Penyakit herediter (sindrom hipermobilitas)
6.       Neoplasma
Primer maupun sekunder (metastatid, multiple mielama, leukemia)
7.       Kelainan neuromuskuler
Sendi charvot, sindrom kompresi (carpal tunnel syndrom, radikulopak,stenosis spinalis), distrofi reflek simpatetik serta penyakit Reynaud
8.       Kelainan penyakit tulang, periosteum dan kartilago
Ateroporosis, osteoartroati hepertrofik, hiperostasis skeletal idiopatik difusa, penyakit paget pada tulang.
9.       Kelaianan ekstra-arthikular
Lesi jukita artikularis,nyeri punggung bawah, kelainan diskur intervaterbralu, sindrom nyeri regional (metatarsalgia, nyeri servical)
10.   Kelainan lainnya yang disertai manifestasi artikuler
Reumatisise polindromik, hidraartrosis intermitten, sarkoidasis, hepatitis aktif kronik

B.      Etiologi
Menurut Pusdiknakes (1995) berdasarkan beberapa hipotesis menunjukkan bahwa rheumatoid arthritis dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut :
1.       Mekanisme imun (antigen-antibody), seperti interaksi antara Ig G dan rheumatoid faktor.
2.       Gangguan metabolisme
3.       Proses infeksi (mycoplasma dan virus)
4.       Genetik
Menurut Lewis dkk (2000) ada beberapa faktor yang menyebabkan rheumatoid arthritis yaitu
1)      Infeksi
Kemungkinan disebabkan oleh mikrobakterium yang spesifik penyebab infeksi seperti virus Ebstein_Barr, parvovirus dan mikrobakteria
2)      Mekanisme imun
Dikarakterisasi dengan munculnya gangguan pada Ig G dalam autoantibody
3)      Faktor genetik
4)      Faktor lain
Gangguan metabolic dan biokimia, nutrisi, lingkungan, pekerjaan dan pengaruh psikososial

C.      Tanda dan Gejala
Menurut Price dan Wilson (1995) tanda dan gejala yang mungkin muncul pada penderita rheumatoid arthritis adalah
1.       Gejala-gejala konstitusional
Misalnya anoreksia, berat badan menurun, demam, kekuatan berkurang
2.       Poliartritis Simetris
Terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi ditangan namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interphalangs distal
3.       Kekakuan di pagi hari lebih dari 1 jam
4.       Arthritis Erosive
Merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologic. Peradangan sendi yang kronis mengakibatkan erosi di tepi sendi dan pengurangan densitas tulang. Ini dapat dilihat pada radiogram.
5.       Deformitas
Kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Deformitas tangan yang sering terjadi adalah pergeseran ulnar dan sublukasi sendi metakarpofalangeal. Pada kalus dapat terjadi prokusi kapus metatarsal yang timbul sekunder dari sublukasi metatarsal. Sendi yang besar dapat terserang sehingga mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam gerakan ekstensi
6.       Nodula-nodula
Ditemukan pada sekitar 1/3 orang dewasa penderita rheumatoid arthritis
7.       Manifestasi ekstra-artikular, rheumatoid arthritis juga dapat menyerang organ organ diluar sendi, seperti jantung (pericarditis), Paru-paru (pleuritis), mata dan pembuluh darah.

D.      Patofisiologi
Pada sendi sinovial yang normal kartilagoartikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan. Memberan sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan kedalam ruangan antar tulang. Cairan sinovial berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat. Inflamasi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Sinovitis berhubungan dengan pelepasan proteoglikan.
Pada rheumatoid terjadi 2 proses yang dapat saling mendahului maupun bersamaan.
1)      Proses Inflamasi
Tahapnya meliputi :
a)      Stimulus antigen mengaktifkan monosit dan limfosit T (sel T). antibody immunoglobulin membentuk kompleks imun dengan antign. Fagositosis kompleks imun dimulai dan menghasilkan reaksi inflamasi (pembengkakan, nyeri, oedema pada sendi)
b)      Fagositosis akan menghasilkan zat kimia seperti leukotrien yang dapat menarik leukosit lainnya ke daerah inflamasi dan prostaglandin bertindak sebagai modifier inflamasi. Leukotrien dan prostaglandin menghasilkan enzim kolagenase (memecah kolagen) sehingga menimbulkan edema.
c)       Proses inflamasi imunologik dimulai dengan disampaikannya antigen pada sel T kemudian proligerasi sel T dan β. Sel β merupakan sumber bagi sel-sel pembentuk antibody / sel plasma. Sebagai reaksi terhadap antigen yang spesifik, sel plasma memproduksi dan melepas antibody. Antibody mengikat antigen untuk membentuk pasangan/kompleks imun. Kompleks imun terbentuk dan tertimbun dalam jaringan sinovial atau organ lain dan memicu reaksi inflamasi.
2)      Degenerasi
Degenerasi kartilago artikuler disebabkan gangguan keseimbangan fisiologis antara stress mekanis dan kemampuan jaringan sendi untuk bertahan terhadap stress.
Peran kartilago artikuler adalah
ü  Memberikan permukaan penahan beban yang licin secara nyata bersama cairan sinovial membuat gesekan yang sangat rendah dalam gerakan
ü  Kartilago meneruskan tekanan sehingga mengurangi stress mekanis
Penyebab terjadinya dengenerasi kartilago artikuler adalah
a)      Stress mekanis
Jika digunakan untuk beraktifitas secara terus menerus menyebabkan elastisitas kapsula sendi, kartilago artikuler dan ligamentum berkurang.
b)      Perubahan pelumasan
Bersama dengan beban sendi, pelumasan bergantung pada lapisan tipis cairan interstisial yang terpecah dari kartilago ketika terjadi kompresi antar permukaan sendi yang berlawanan.
c)       Imobilitas
Terjadi akibat gangguan kerja pemompaan lubrikasi yang terjadi pada gerakan sendi.

E.       Penatalaksanaan
Price dan Wilson (1995) mengemukakan tujuan program perawatan dan pengobatan rheumatoid arthritis adalah untuk menghilangkan nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal penderita serta mencegah dan memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
Adapun penatalaksanaan dapat dilakukan sebagai berikut :
1.       Istirahat pada saat nyeri dan lelah
2.    Latihan yang spesifik (gerakan aktif dan pasif) pada semua sendi yang sakit untuk mempertahankan fungsi sendi
3.      Thermotherapy (misalnya kompres hangat)
4.       Gizi seimbang. Hindari garam, mlinjo, emping, kol, daun ketela
5.       Obat-obat, pemberian NSAID bertujuan untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi


Referensi :
Lewis, S.M, Heit Kemper, Dirksen,2000. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical Problem, vol.2, ed 5, Mosby Inc, Missouri
Price, S.A, Wilson, L.M, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit (terjemahan), Ed.4, EGC, Jakarta
Pusdiknakes, 1995, Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal, Depkes RI, Jakarta

Demikian informasi yang saya peroleh mengenai rheumatoid arthritis.  Semoga bermanfaat
Salam Sehat