twitter
rss

A.     Pengertian
Osteoporosis merupakan suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang (Hartono,2001). Baugman (2000) mengemukakan bahwa osteoporosis adalah kelainan dimana terdapat reduksi atau penurunan dari massa total tulang / kecepatan pembentukan tulang sehingga tulang menjadi keropos secara progresif, rapuh, mudah patah dan mudah fraktur. Osteoporosis adalah adanya penurunan absorbs dari jumlah tulang yang diperlukan sebagai kekuatan penyangga mekanik (Robins,1995). 
Menurut Peck (1989), Chesnut (1989) Osteoporosis dibagi menjadi :
1.    Osteoporosis Primer
Terjadi bukan akibat dari suatu penyakit
a.  Osteoporosis Tipe I (Post menopausal)
Terjadi pada post menopause, kehilangan tulang terutama dibagian trabekula. Hal ini terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
b.  Osteoporosis Tipe II (Senilis)
Terjadi karena penuaan, terutama kehilangan massa tulang daerah korteks. Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
c.   Osteoporosis Tipe III (Juvenil Idiopatik)
Terjadi pada usia muda dengan penyebab yang tidak diketahui. 
2.    Osteoporosis Sekunder
Diakibatkan oleh penyakit lain antara lain hipertiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid.

B.      Etiologi
 Menurut Hartono (2001) faktor pencetus osteoporosis antara lain : 
·     Kelainan hormon (hiperparatiroid,paratiroid)
·     Kelainan pola makan (anoreksia nervosa)
·     Gaya hidup tidak sehat (kafein,merokok, alkohol)
·     Wanita post menopause
·     Penggunaan obat (kortikosteroid berlebih, antacid, tetrasiklin)
·    Imobilitas
Adapun faktor risiko terjadinya osteoporosis antara lain : 
  • Wanita. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.
  • Usia. Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.
  • Ras/Suku. Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.
  • Keturunan Penderita osteoporosis. Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama.
  • Gaya Hidup Kurang Baik
o    Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya mengandung fosfor yang merangsang pembentukan horman parathyroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.
o    Minuman berkafein dan beralkohol.
Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang.
Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).
o    Malas Olahraga
Wanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.
o    Merokok
Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan.
Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung tidak langsung.
Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.
o    Kurang Kalsium
Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.
  • Mengkonsumsi Obat. Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.
  • Kurus dan Mungil. Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada area tersebut, terutama pada derah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.
C.     Tanda dan Gejala
Gejala baru diketahui setelah pasien mengalami patah tulang. Pasien sering mengeluh nyeri terutama pada punggung, pinggul, lengan. Pasien biasanya menjadi lebih pendek akibat patah tulang. Selain itu juga akan mengeluh mudah lelah. Gejala pada lansia bervariasi beberapa tidak menunjukkan gejala namun seringkali menunjukkan gejala klasik berupa nyeri punggung yang diakibatkan fraktur kompresi dar satu atau lebih vertebra. Nyeri seringkali dipicu adanya stress fisik yang akan hilang dengan sendirinya setelah 4-6 minggu. Penderita lain mungkin datang dengan gejala patah tulang, turunnya tinggi badan, bungkuk punggung (Dowager's Hump) akibat kolaps dan fraktur pada vertebra torakal tengah.

D.      Pemeriksaan Diagnostik
  • X-ray , menentukan ada tidaknya patah tulang yang terjadi 
  • Absorptiometri Photon Tunggal, untuk mengukur massa tulang
  • Absorptiometri X ray energi  ganda, untuk mengukur massa tulang dipermukaan maupun bagian dalam tulang
E.       Penatalaksanaan
1.       Diet seimbang yang adekuat dengan kandungan kalsium dan vitamin D
2.       Terapi pengganti hormon untuk menunda kehilangan tulang seperti estrogen
3.     Pemberian obat untuk membantu pembentukan tulang (steroid estrogen flourida) dan juga yang mengurangi kerusakan tulang (estrogen, kalsium difosfat, kalsitonin)
4.       Analgetik untuk mengurangi nyeri

F.       Pencegahan
a.  Konsumsi makanan tinggi kalsium sepreti susu skim, daun lamtoro, udang kecil, bayam, susu kedelai
Menurut Institute of Medicine, National Academy of Science (2002) kebutuhan kalsium perhari sesuai golongan umur adalah sbb:
 0-6 bulan         : 210 mg perhari
7-12 bulan       : 270 mg perhari
1-3 tahun         : 500 mg perhari
4-8 tahun         : 800 mg perhari
9-18 tahun       : 1300 mg perhari
19-50 tahun     : 1000 mg perhari
51 tahun lebih : 1200 mg perhari
b.  Batasi penggunaan obat yang bisa mengganggu kinerja tulang seperti kortikosteroid, antacid, anti rematik, furosemid
c.   Batasi garam karena akan memaksa kalsium keluar dari tubuh melalui air kencing secara berlebihan
American Heart Association (AHA) merekomendasikan konsumsi Na bagi orang dewasa tidak lebih dari 2.400 mg/hari, yaitu setara dengan satu sendok teh garam dapur sehari. Menurut United States Department of Agriculture (USDA), rata-rata kebutuhan natrium ibu hamil sekitar 2.400 mg dalam sehari, kira-kira setara dengan satu sendok teh. 
d.      Cukupi kebutuhan vitamin D
National Osteoporosis Foundation merekomendasikan 400 sampai 800 IU vitamin D setiap hari untuk wanita yang berusia kurang dari 50 tahun .  800 sampai 1000 IU untuk wanita yang berusia lebih dari 50 tahun. 
e.      Aktif berolahraga dan beraktifitas



Referensi : 

Baughman, Diane.C.,2000, Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Untuk Brunner dan Suddarth, EGC, Jakarta
Hartono, M, 2001, Mencegah dan Mengatasi Osteoporosis, Puspa Swara, Jakarta
Robbins, S.L., Buku Ajar Patologi 2, EGC, Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar