twitter
rss

1.       Definisi
Merupakan efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus yang menginfeksi system kekebalan tubuh  merusak fungsi sel sel kekebalan tubuh sehingga system kekebalan tubuh semakin lemah dan individu semakin rentan terhadap penyakit-penyakit. (WHO)

2.       Penyebab
HIV adalah anggota dari genus lentivirus, bagian dari keluarga retroviridae  yang ditandai dengan periode latensi yang panjang dan sebuah sampul lipid dari sel-host awal yang mengelilingi sebuah pusat protein/RNA. Dua spesies HIV menginfeksi manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah yang lebih "virulent" dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber dari kebanyakan infeksi HIV di seluruh dunia; HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat

3.       Gejala
Gejala Aids meliputi :
1)       Gejala Mayor:
(a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
(b)    Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
(c)    Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
(d)   Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
(e)    Demensia/ HIV ensefalopati
2)      Gejala Minor:
(a)  Batuk menetap lebih dari 1 bulan
(b)   Dermatitis generalisata
(c)    Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
(d)   Kandidias orofaringeal
(e)   Herpes simpleks kronis progresif
(f)     Limfadenopati generalisata
(g)    Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
(h)   Retinitis virus sitomegalo

4.       Tahap / Stadium AIDS
 Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
1)       Tahap 1: Periode Jendela
a)      HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
b)      Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c)        Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
d)       Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
2)      Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
a)      HIV berkembang biak dalam tubuh
b)      Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c)        Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
d)      Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3)      Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
a)      Sistem kekebalan tubuh semakin turun
b)      Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
c)        Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4)      Tahap 4: AIDS
a)      Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
b)      Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

5.       Penyebaran HIV AIDS
Menurut CDC penyebaran Aids meliputi
a.       Penyebaran HIV yang paling utama adalah:
1)      Tidak menggunakan kondom ketika berhubungan sex dengan penderita HIV
2)      Mempunyai partner sex yang banyak atau mempunyai penyakit menular sex lain dapat meningkatkan risiko infeksi
3)      Berbagi jarum suntik
4)      Lahir dari ibu yang terinfeksi HIV
b.      Penyebaran yang lainnya dapat melalui :
1)      Tertusuk jarum yang terkontaminasi HIV. Biasanya terjadi pada tenaga kesehatan.
2)      Menerima transfusi darah, transplantasi organ/ jaringan yang terkontaminasi HIV.
3)      Makanan yang dikunyahkan oleh penderita HIV. Kontaminasi muncul ketika darah penderita HIV bercampur dengan makanan ketika dikunyah(sangat jarang terjadi dan hanya ditemukan pada balita yang dikunyahkan).
4)      Kontak antara kulit yang rusak, luka atau membran mukosa dengan darah yang terinfeksi HIV atau darah yang terkontaminasi cairan tubuh.
5)      Kecil kemungkinan ditularkan melalui French kiss jika mulut atau gusi berdarah.
6)      Tato atau tindik menunjukkan penyebaran potensial HIV namun tidak ada kasus penularan HIV dari aktivitas ini yang dilaporkan. Tatto dan tindik seharusnya memakai alat yang steril.
7)      Pernah dilaporkan di Eropa dan Afrika Utara dimana bayi terinfeksi melalui jarum kemudian menularkan ke ibunya saat menyusui
HIV tidak dapat berkembang biak diluar tubuh, sehingga tidak menyebar melalui :Air atau udara, serangga termasuk nyamuk, air mata, keringat, jabat tangan, social kissing.

6.       Pencegahan HIV AIDS  (www.CDC.gov) :
1)      Ketahui status HIV. Semua orang yang berusia antara 13 dan 64 tahun harus di test HIV setidaknya sekali. Jika berada di lingkungan yang berisiko tinggi HIV, maka test dilakukan setidaknya sekali setahun.
2)      Abstain (tidak melakukan hubungan seksual atau menjalani hubungan monogamy dengan orang yang tidak tertular)
3)       Batasi jumlah partner sex. Semakin kecil partner sex, semakin kecil orang lain tertular HIV atau penyakit PMS lain.
4)      Menggunakan condom secara benar dan terus menerus. Kondom Latex lebih efektif mencegah penularan HIV dan PMS lain.
5)      Menjalani test dan pengobatan PMS termasuk partner sex juga.
6)      Sirkumsisi bagi pria juga menunjukkan dapat mengurangi penyebaran HIV
7)      Mengurangi atau menghentikan penggunaan obat suntik. Jika tidak dapat menghentikan obat suntik, gunakan jarum steril  
8)      Memperoleh pengobatan medis segera jika merasa terpapar HIV. Terkadang pengobatan dapat mencegah infeksi jika cepat diperoleh. Ini disebut post-exposure prophylaxis
Pencegahan HIV (www.who.org) meliputi : Penggunaan kondom secara tepat dan konsisten, mengurangi jumlah partner sex, tes HIV dan konseling, menunda hubungan sex,pengobatan PMS dan sirkumsisi bagi pria.
WHO merekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak-anak dengan infeksi HIV tanpa gejala dengan vaksin-vaksin EPI (EXPANDED PROGRAMME ON IMMUNIZATION); anak-anak yang menunjukkan gejala sebaiknya tidak mendapat vaksin BCG. Di AS, BCG dan vaksin oral polio tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak yang terinfeksi HIV tidak perduli terhadap ada tidaknya gejala, sedangkan vaksin MMR (measles-mumps-rubella) dapat diberikan kepada anak dengan infeksi HIV.
Pencegahan dan pengendalian infeksi bagi tenaga kesehatan (WHO) :
a)      Lakukan kebersihan tangan (gunakan sabun dan air atau alkohol oles), dan cuci pergelangan tangan dan sela sela jari-jari, paling tidak 30 detik.
b)      Gunakan sepasang sarung tangan untuk 1 pasien atau 1 prosedur (jangan menggunakan sarung tangan yang sama untuk lebih dari 1 pasien)
c)       Gunakan spuit, jarum suntik atau lancet untuk 1 pasien
d)      Disinfeksi/bersihkan kulit tempat penusukan (jangan menyentuh lokasi penusukan setelah didisinfeksi)
e)      Jangan meninggalkan jarum tanpa penutup terletak di luar sharp container (tempat jarum)
f)       Jangan menutup kembali jarum suntik menggunakan kedua tangan
g)      Sharp container (container jarum) jangan sampai terlalu penuh
h)       Letakkan tabung sampel lab di rak yang kokoh sebelum menyuntik, hindari menyuntik sambil memegang tabung sampel lab
i)        Laporkan segera kejadian / kecelakaan yang berhubungan dengan jarum suntik dan cari pertolongan. Post Exposure Prophylaxis tidak efektif lebih dari 72 jam.

7.       Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan bagi yang terpapar / terkena HIV (WHO)
Rujuk orang yang terkena risiko penularan kepada orang yang terlatih untuk mendapatkan evaluasi medis.  Keputusan dilakukan tindakan PEP (Post Exposure Prophylaxis)  atau tidak harus berdasarkan beberapa kriteria yaitu :
1)      PEP direkomendasikan bila memenuhi kriteria :
a)      Terpapar dalam waktu kurang dari 72 jam
b)      Individu yang terpapar tidak diketahui terinfeksi HIV
c)       Sumber paparan adalah infeksi HIV atau tidak diketahui
d)      Paparannya adalah satu atau lebih dari : darah, jaringan tubuh, cairan tampak bernoda darah, terkonsentrasi virus, cairan cerebrospinal, cairan sinovial, cairan pleura, cairan peritoneal, cairan ketuban,
e)      Paparan melalui satu atau lebih hal berikut: penetrasi kulit dengan perdarahan secara spontan atau luka tusuk yang dalam, terpercik sejumlah cairan ke membran mukosa
2)      PEP tidak direkomendasikan bila :
a)      Lebih dari 72 jam sejak terkena
b)      Orang yang terpapar sudah positif HIV
c)       Paparan ke cairan tubuh dari orang yang diketahui negatif HIV (sekalipun orang ini terindikasi risiko tinggi terinfeksi dan berada pada tahap jendela
d)      Paparan berupa cairan non infeksius tubuh (misal feses, air ludah, urin, atau keringat)
b.      Pengobatan.
Pengobatan HIV Aids secara medis menggunakan obat  anti-retroviral virus (ARV). ARV adalah suatu obat yang adapat digunakan untuk mencegah reproduksi retrovirus ( virus yang terdapat pada HIV). Obat ini tidak untuk mencegah penyebaran HIV dari orang yang terinfeksi ke orang lain, tidak untuk menyembuhkan infeksi HIV dan juga tidak berfungsi untuk membunuh virus (agar tidak berkembang menjadi AIDS karena jika hal ni terjadi maka akan membuat kerusakan pada sel tubuh yang terkena infeksi virus tersebut). Antiretroviral digunakan untuk memblokir atau menghambat proses reproduksi virus, membantu mempertahankan jumlah minimal virus di dalam tubuh dan memperlambat kerusakan sistem kekebalan sehinga orang yang terinfeksi HIV dapat merasa lebih baik/nyaman dan bisa menjalani kehidupan normal.
c.       Nutrisi
a.       Terdapat hubungan yang komplex antara HIV dan nutrisi. HIV menurunkan sistem imun secara terus menerus dan menyebabkan terjadinya malnutrisi. Malnutrisi menyebabkan menurunnya sistem imun. Malnutrisi memperburuk efek HIV dan mempercepat proses AIDS.(WHO)
b.      The Durban consultation meeting  Nutrition and HIV/AIDS (2005 ) menyebutkan 6 area penting yang memerlukan perhatian dalam perawatan dan pengobatan orang pengidap HIV AIDS, yaitu
1)      macronutrient
2)      micronutrient,
3)      Nutrisi pada wanita hamil dan menyusui,
4)      Gangguan tumbuh kembang anak,
5)      Pemberian asi dan penyebaran HIV
6)      ARV (anti retro virus). Area tersebut memberikan nutrisi adequate dan merupakan intervensi yang penting bagi penderita HIV.
c.       Nutrisi yang optimal dapat menolong penderita dalam :
1)    Mempertahankan berat badan sehingga meningkatkan produktivitas status kesehatan
2)    Menurunkan masalah kesehatan yang diakibatkan oleh HIV seperti diare, penurunan masa otot, berat badan turun dan demam.
3)    Meningkatkan sistem kekebalan melalui pemberian vitamin dan mineral
4)    Meningkatkan efektivitas pengobatan melawan infeksi and Anti Retroviral Terapi.
5)    Nutrisi merupakan bagian yang penting dalam perawatan HIV, perawatan dan pengobatan HIV bukan hanya dengan menyediakan anti-retroviral.
Prof. Nigel Rollins, Maternal and Child Health, University of KwaZulu-Natal, Afrika Selatan mengatakan diperlukan nutrisi yang tinggi bagi penderita HIV terutama berkaitan dengan infeksi HIV dan kemungkinan terjangkitnya infeksi yang berhubungan dengan HIV. Energi diperlukan ketika :10 % ketika tanpa gejala, 25-30% dengan TB, penyakit paru-paru kronis dan diare persisten, 50-100 % ketika terjadi malnutrisi yang serius.  Efisiensi penggunaan energi juga dipengaruhi dari ketersediaan micronutrien. Meskipun demikian diperlukan keseimbangan diet diantara semua nutrient (makro dan mikro).
Penurunan selera makan dan asupan makanan merupakan penyebab utama terjadinya penurunan berat badan pada penderita AIDS. Pertumbuhan yang terganggu biasanya terjadi pada anak yang terinfeksi HIV dan menunjukkan perkembangan penyakit HIV serta mengurangi harapan hidup. Diare pada anak biasanya berhubungan dengan kegagalan pertumbuhan.

8.       Pengaruh Sosial bagi penderita AIDS
Penderita Aids seringkali mendapat reaksi yang tidak baik dengan masyarakat. Hal terkait persepsi masyarakat terhadap penyakit ini. Kurangnya sosialisasi tentang penyakit Aids menimbulkan berbagai tindakan yang berefek penderita dikucilkan. Tindakan-tindakan pengasingan penolakan, diskriminasi, dan penghindaran atas orang-orang yang diduga terinfeksi HIV merupakan dampak sosial yang mereka terima di masyarakat. Oleh karena itu, beberapa intervensi dilakukan untuk mengurangi efek tersebut diantaranya :
a.       Pendekatan secara informasi, pendekatan ioni bias dilakukan dengan memasanga iklan, leaflet, penyuluhan kesehatan, dan presentasi kesehatan di kelas atau di perkuliahan. Inforamsi yang disampaikan definisi penyakit, cara-cara penularan, cara-cara untuk menurunkan resiko penularan.
b.      Pendekatan secara konsultasi,
c.       Kontak dengan grup yang terpapar di masyarakat
d.      Meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat



Referensi :

Lisanne Brown, Lea Trujillo, Kate Macintyre. Interventions to reduce aids/hiv/stigma: “what have we learned” Horizon Program”. 2001
Reeves, J. D. and Doms, R. W. (2002) Human immunodeficiency virus type 2. J. Gen. Virol. 83, 1253-1265 PMID 12029140

1 komentar:

  1. Nice article gan,
    sempetin berkunjung ke blog saya juga ya gan......

Posting Komentar